"Aku mengadu kepada imam Waki' tentang hafalanku yang lemah,
Lantas ia memberiku petunjuk agar meninggalkan kemaksiyatan.
Dia membertahuku bahwa ilmu itu cahaya
Dan cahaya Allah (hidayah) tidak diberikan kepada Sang Pendosa."
Sederhana namun penuh makna. Begitu kiranya penilaianku terhadap bait-bait syair imam Syafi'i di atas. Sebuah pengalaman pengembaran intelektual ulama sekaliber imam Syafi'i yang patut diteladani seorang penimba ilmu. Meninggalkan maksiyat. Dua kata yang memiliki peran signifikan dalam sukses tidaknya sesorang yang sedang berproses mencari ilmu. Aku dulu termasuk salah satu dari sekian orang yang meragukan teori imam Syafi'i ini, saat beberapa teman meyakinkanku dengan membawakanku beberapa bukti nyata. Sebut saja, ilmuan-ilmuan barat yang tidak mengakui keberadaan Tuhan. Atau, Snouk Hurgronje, salah seorang misionaris, dengan kebenciannya yang sangat terhadap Islam dan Al-Qur`an, toh nyatanya ia mampu dengan mudah menghafal Al-Qur`an. Namun keraguan itu sirna sudah saat kita mau mengkaji lebih lanjut korelasi antara hati dan ilmu, juga ilmu dan dosa.

Mari sejenak kita kembali ke masa lalu. Masa-masa SMP kita. Tentunya kita semua tidak melupakan pelajaran Fisika. Dahulu, kita pernah diajarkan tentang adanya daya tarik antara dua benda yang berbeda jenis. Daya tarik ini dalam kajian Fisika sering diistilahkan dengan kata Adhesi (kira-kira begitu namanya kalo nggak salah). Guru-guru SMP kita dulu menyontohkanya dengan cara menyuruh siswanya maju ke depan kelas untuk mengambil kapur lalu menuliskan beberapa bait kata di papan tulis. Apa yang terjadi? Pak guru lalu menjelaskan kepada siswa inilah yang disebut dengan daya Adhesi. Kapur dan papan tulis. Dua jenis benda yang berbeda namun ia dapat menyatu. Sebut saja ini permasalahan pertama.

Kita menuju ke permasalahan kedua. Bagaimana jika keadaannya tidak sebersih dengan keadaannya pada permasalahan pertama. Atau dengan kata lain, papan tulis atau kapurnya mulai diselimuti dengan benda-benda lain semisal debu, kerikil, dan lain sebagaimana. Dipastikan yang terjadi adalah kita akan mengalami kesulitan saat menuliskannya di papan tulis. Kalau pun bisa tentunya diperlukan sebuah usaha yang keras dan hasil tulisannya pun tak sebagus pada kondisi pertama. Goresan-goresan itu hanya meninggalkan bekas yang samar. Semakin banyak debu yang menempel di papan tulis maka tingkat kesulitan kita menuliskannya di papan tulis pun kian bertambah.

Namun, ada hal menarik lagi jika debu-debu itu semakin banyak dan mengeras lalu menutupi seluruh permukaan papan tulis. Kita tidak merasakan kesulitan saat menggoreskan kapur ke papan tulis seperti halnya yang terjadi pada kondisi kedua. Apa permasalahannya? Ternyata, sebenernya tulisan kita tidaklah menempel pada papan tulis, melainkan hanya melekat di atas tumpukan debu-debu yang telah membatu itu.

Kembali lagi kita mengupas bait-bait syair imam Syafi'i di atas. Ilmu, hati, dan kemaksiyatan. Bisa dikatakan, ilmu dan hati adalah contoh lain dari daya adhesi. Keduanya merupakan "dua benda" berbeda jenis yang bisa saling tarik menarik. Sama seperti kapur dan papan tulis, proses tarik menarik dua benda ini pun beragam. Kadang mudah, kadang pula susah. Jika hati kita dalam keadaan bersih, ilmu yang masuk pun akan semakin mudah menancap. Lain lagi ceritanya jika hati kita diselimuti oleh dosa-dosa. Mengapa bisa demikian? Betulkah dosa-dosa yang kita perbuat mampu menjelma menjadi debu-debu pada hati? Hingga ilmu yang akan digoreskan padanya pun terhalang.

Untuk menjawab pertanyaan ini, alangkah baiknya kita mengetahui hakikat dosa itu sendiri. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, "Dosa adalah satu perbuatan yang selalu membuat resah di hati, dan timbul perasaan tidak enak jika perbuatan itu dilihat orang." Inilah yang deskripsikan Rasulullah. Keresahanan-keresahan inilah yang membuat hati tidak tenang sehingga berpengaruh dalam usaha masuknya ilmu kedalam hati. Jika memang demikian, maka teori imam Waqi' yang disampaikan kepada muridnya, Imam Syafi'i adalah benar. Tapi, bagaiamana dengan kisah Snaouk Hurgrounje yang tidak merasa kesulitan mengafalkan Al-Qur`an? Jawabnya simpel. Sebab ia tidak merasakan keresahan-keresahan atas tindakan maksiyat yang dilakukannya lantaran hatinya yang telah membatu. Sama persis seperti pada permasalahan ketiga yang telah aku singgung di depan. Dosa-dosa yang ia lakukan bak debu yang telah membatu. Karena terlalu banyak, tertumpuk sekian banyak, terjadi berulang-ulang hingga berkarat dan membatu. Hal ini seperti yang disabdakan Rasulullah dalam hadits berikut, "Jika seorang hamba berbuat dosa, maka dalam hatinya ada satu titik yang berwarna hitam. Apabila ia bertobat, mencabut dosanya dan mohon ampunan kepada allah, maka hatinya kembali bersih berkilau. Namun apabila dosanya bertambah, maka bertambah hitam pula hatinya sehingga seluruh hatinya menjadi kelam." Dosa yang dilakukan berulang-ulang bisa membuat hati sang empunya membatu karena telah tertutup titik-titik hitam. Wajar jika dalam kondisi ini proses belajar mengajar tidak mengalami hambatan atau "sepintas" normal. Dikatakan sepintas, sebab kenyataannya ilmu-ilmu yang didapat hanya melekat pada tumpukan titik-titik hitam yang menutupi permukaan hati, dan bukan pada hati. Karenanya, janganlah heran jika orang-orang seperti ini tidak tercerahkan dengan ilmu-ilmu yang mereka dapat. Atau dengan kata lain, semua ilmu yang dipelajari tidaklah berpengaruh pada kehidupannya. Lain halnya dengan mereka yang menuntut ilmu dengan hati yang bersih tanpa terkontaminasi dengan dosa. Proses terjadinya pun semakin mudah dan ilmu yang di dapat mampu mempengaruhi tingkah lakunya sehari-hari. Ibarat filosopi padi. Semakin berisi, semakin merunduk. Semakin banyak ilmu, ianya semakin takut pada Sang Maha Mencipta. Dan ilmu yang didapat pun mampu mengarahkannya kepada keimanan. Bukan saja pada saat melekat di hati, melainkan ketika pertama kali mendengarkannya. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal."
Diposting oleh Mesba Label:

2 komentar:

syuhada mengatakan...

slm..
seronok dpt bljr dkt Al Azhar kn?
sy pn nk sgt bljr kt sn,tp xde rzeki...
xpela..
mgkn ade yg lbh baik mnuggu sy kt sni...
sy suka sgt bc dosa dan fisika 2..
rse insaf dan bersyukur...
frm,m'sia

10 April 2009 pukul 11.01  
syuhada mengatakan...

hrp awk dpt berkongsi pglmn dkt sne..
tanks a lot

10 April 2009 pukul 11.04  
Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates