Sabtu, 04 April 2009 di 4/04/2009 05:41:00 AM |  
Udara Kairo pagi ini lebih dingin dari biasanya. Sekitar 13 derajat celcius. Lumayan dingin untuk ukuran anak pesisir seperti aku ini yang terbiasa dengan hawa panas. Dengan sedikit asa dan serpihan harapan-harapan yang tersisa, aku putuskan keluar rumah untuk pergi ke kuliah. Berharap di sana aku mendapat kabar terbaru tentang perkuliahan, terlebih kabar-kabar yang berkaitan dengan ujian. Seperti biasa, di saat-saat menjelang ujian seperti ini, informasi-informasi dari bangku perkuliahan sangat membantuku dalam menghadapi ujian. Maklum, sudah beberapa hari ini aku tidak pernah melangkahkan kakiku ke luar rumah dan cenderung lebih suka menghabiskan waktuku berlama-lama di depan monitor. Menunaikan amanat sekaligus mencari penghasilan. Sekedar untuk bertahan hidup dan membayar sewa kontrakan.

Tepat jam 09 pagi waktu Kairo aku keluar rumah. Namun, mungkin ini bukan hariku. Bus 80 coret yang biasa mengantarkanku ke kuliah terlihat meluncur deras di hadapanku tanpa sempat kukejar. Artinya, aku harus menunggu lagi sekitar 15-30 menitan kedepan untuk menanti datangnya 80 coret yang lain. Setibanya di kuliah, agar tidak menghabiskan banyak waktu, aku percepat langkahku menuju kampusku tercinta, Al-Azhar University. Universitas Islam tertua di dunia. Lagi-lagi, sialnya aku hari ini. Setibanya di sana, kelasku kosong. Selesai sudah harapanku. Bangku-bangku kuliah sudah tertata rapi, hanya ada satu atau dua orang Mesir saja yang masih duduk-duduk menunggu datangnya dosen. Kupikir-pikir, mungkin "muhadharah" sudah selesai. Dan aku harus cepat-cepat pulang membaca diktat dan mengejar ketertinggalanku selama ini.

Udara dingin itu serasa hilang seketika saat aku mulai menyandarkan bahuku di atas jok kursi bus 80 coret yang hendak membawaku pulang. Kali ini, suasana dalam bus nampak terasa berbeda dari hari-hari sebelumnya. Sangat tenang dan nyaman. Aku serasa tersihir oleh lantunan indah ayat-ayat Al-Qur'an yang aku sendiri belum begitu mengenal siapa pelantunnya. Sungguh mengagumkan. Biasanya, di dalam kamar, aku lebih sering mendengarkan murattalnya imam Ghamidzi, Misyari Rasyid, Hani ar-Rifa'i, Yasir Salamah, dan satu lagi, Abdurrahman Sudaisy yang setidaknya mampu membantuku dalam muraja'ah hafalan Al-Qur`an. Kali ini bacaannya lain. Tanpa kusadari bibirku bergerak-gerak mengikuti lantunan bacaan Syeikh tadi. Kebetulan aku hafal benar surat yang dibacanya. Surat Al-Baqarah. Surat yang sempat aku hafalkan saat aku masih duduk di bangku SMA. Tidak hanya kejadian itu. Aku juga dikejutkan dengan anak kecil berumuran sekitar 12 tahunan berkebangsaan Tan. Entah itu ia berasal dari Uzbekistan, Tajikistan, atau Tan-tan yang lain. Mengagumkan. Anak sekecil itu semangat sekali menghafalkan "nazham" (bait-bait) matan Syathibiyyah. Salah satu kitab yang sangat terkenal yang membahas bacaan al-Qur`an. Kitab yang dikarang oleh imam Syathibi ini berisi tentang Qira'ah Sab'ah (tujuh bacaan Al-Qur`an yang mutawatir). Dulu, aku sempat mengkaji kitab itu bersama Dr. Hani Abdul Mukmin, di Madziyafah. Sebuah tempat kecil di bilangan Husein di depan gerbang kampus Al-Azhar. Pengajarnya kebanyakan dari ulama-ulama Azhar. Itu pun tak berlangsung lama. Aku malu dengan diriku sendiri. Seakaan-akan, aku mendapat pukulan telak dari anak kecil itu. Di usiaku yang ke-22 ini, aku masih merasa belum memiliki apa-apa. Parahnya lagi, aku sekarang sedang duduk di tingkat akhir dan sebentar lagi selesai -biidznillah- kemudian pulang ke tanah air. Lantas, apa yang bisa aku berikan kepada masyarakatku nanti? Ah, tak ada gunanya menyesal sekarang. Kubuang jauh-jauh penyesalan itu. Lalu aku mencoba mentadabburi lantunan ayat Al-Qur`an yang sempat kudengar tadi. Surat Al-Baqarah. Surat kedua dalam urutan mushaf Al-Qur`an. Aku teringat, dalam surat Al-Baqarah itu dijelaskan tiga macam golongan manusia, yaitu: Mukmin, Munafik, dan Kafir, yang semuanya memiliki karakter yang berbeda-beda. Aku berusaha menariknya ke dalam kehidupan kita sekarang ini, sekaligus meringkasnya menjadi dua. Manusia yang berhati baik, dan satunya berhati buruk. Aku pun teringat dengan fenomena kehidupan yang sedang kita jalani. Kataku, sungguh sengsara mereka yang berharap surga Firdaus, tidak ada yang bohong, menipu, dan berbuat zalim. Sungguh kasihan orang yang beraharap melihat umat manusia berubah menjadi para malaikat, saling mengasihi, hanya mengenal perasaan halus dan berbuat baik. Aku sadar, kehidupan yang kita jalani ini sangat beraneka ragam dan manusia yang ada di dalamnya pun sangat heterogen. Sebagian ada yang suka berbuat baik, seperti makhluk yang sangat lemah lembut, dan ada pula yang kekejamamnya melebihi srigala dan ular saat ia berkhianat dan menyakiti orang lain. Sejak kedengkian menggerakkan Kabil untuk membunuh Habil, dunia mulai penuh dengan warna-warni, kebaikan dan kejahatan, penindasaan dan kekuasaan, cinta dan dengki, aman dan cemas.

Mungkin, peran yang harus kita lakukan adalah menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat perjuangan, cita-cita tanggap dan tentunya realistis. Selanjutnya, kita harus menjalani kehidupai ini dengan serba positif dan menuntut adanya perubahan. Jangan sampai kita terperangkap dalam jurang-jurang kesalahan dan lembah-lembah kekurangan. Pikirku, jika kita sudah saling mencintai dan berbuat baik, niscaya nikmat luar biasa akan kita dapatkan dan itu harus kita syukuri. Akan tetapi, jika yang kita dapatkan tidak seperti yang diinginkan, maka inilah konsekuensi yang harus kita pikul bersama, yaitu sebuah bencana yang menuntut kesabaran. Dan dengan kesabaran itulah, kita akan mendapatkan pahala.

Berkenaan dengan hal itu, aku mencoba menyimpulkan bahwa kehidupan bukan hanyalah hutan belantara yang menjadi tempat serigala-serigala liar mencari mangsa. Aku yakin, bahwa di belakang kebenaran, banyak tokoh-tokoh yang berdiri dengan gagah di manapun dan kapanpun serta tangan-tangan yang akan mengulurkan kebaikan pun sangat banyak. Akan tetapi, sebelum berjumpa dengan mereka, sudah selazimnya bagi kita semua untuk membiasakan diri dalam menghadapi orang lain, sehingga kita tidak akan tersakiti, mudah menyerah dan menghabiskan usia hanya dengan menggigit jari, selain juga harus senantiasa mempersiapkan kehidupan setelah mati nanti. Aku teringat sebuah pesan singkat dari Mushtafa Shadiq ar-Rafi'i, seorang sastrawan berkebangsaan Mesir keturunan Libanon yang juga penulis kitab Wahyu al-Qalam (Sabda Pena) dan I'jaz al-Qur'an wa Balaghah as-Sunnah an-Nabawiyyah, beliau pernah mengatakan, “Sebagaimana kelompok penjahat akan merugikan orang-orang saleh saat melakukan kejahatan, orang-orang saleh pun akan merugikan yang lain jika tidak beramal saleh.”

Upz, bus yang kutumpangi sudah sampai di Mahattah Akhir Hay Asyir. Tandanya, aku harus turun dan kembali lagi ke rumah. Mungkin inilah sekelumit hikmah yang aku dapatkan hari ini. Sebuah khayalan yang terinsipasi dari bacaan Al-Qur`an. Sungguh, Al-Qur`an merupakan sumber hikmah yang tak akan pernah surut.

Bengkel Terjemah cab. Madrasah, 23 Desember 2008
Diposting oleh Mesba Label:

0 komentar:

Visit the Site
MARVEL and SPIDER-MAN: TM & 2007 Marvel Characters, Inc. Motion Picture © 2007 Columbia Pictures Industries, Inc. All Rights Reserved. 2007 Sony Pictures Digital Inc. All rights reserved. blogger templates